Minggu Adven ke 2 : 04 Desember 2005.
Anggota jemaat GKI Pajajaran Magelang
Bacaan : Mazmur 85 : 2-3; (4-8); 9-14
Nats : Mazmur 85 : 10-11
Tujuan : Anggota Jemaat semakin yakin bahwa keselamatan dari Tuhan dekat pada orang-
orang yang takut akan Dia.
DASAR PEMIKIRAN
Ketika umat manusia mengalami pelbagai masalah yang berat dan amat menderita, ditindas tak berdaya, miskin dan direndahkan maka mereka akan bertanya-tanya di dalam hatinya: “apakah Tuhan Allah masih dekat di dalam hidupnya, jangan-jangan Tuhan Allah, Sang Pencipta dan Pemelihara ciptaa-Nya telah menjauh dari kami?” Karena pelbagai kesalahan, kejahatan dan dosa maka umat manusia menderita di dunia ini. Termasuk di dalamnya umat Kristiani, karena kesalahan dan kejahatannya mengalami pelbagai kesusahan dan penderitaan. Dalam situasi dan kondisi sedemikian itu, layaklah mereka meratap dan berteriak kepada Tuhan Allah: “Kasihanilah kami, para pendosa! Hapuskanlah keselahan dan dosa-dosa kami. Berilah pengampunan pada kami dan jangan binasakan kami; Sebaliknya, selamatkanlah kami; ya Tuhan, Penyelamat kami”
Pada masa raya Adven ke dua ini, adalah baik bagi umat Kristiani untuk berseru dan meratap dengan ucapan yang serius: “Hosana, Hosana, Hosana” artinya: Tuhan Tolong Selamatkanlah Kami, Tuhan Tolong Selamatkanlah Kami, Tuhan Tolong Selamatkanlah Kami. Apakah dengan ratapan dan seruan tersebut, umat Kristiani masih belum diselamatkan oleh anugerah Tuhan Yesus Kristus yang menderita, mati dan dibangkitkan dari antara oraqng mati? Jelas bukan. Lalu, apa makna seruan tersebut di masa raya adven ini? Ya, tidak lain dan tidak bukan, supaya umat Kristiani tidak “sembrono” atas kasih karunia Allah yang menyelamatkannya di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus. Keselamatan yang sudah, sedang dan akan disempurnakan kelak, adalah pemberian Allah secara gratis dan cuma-cuma kepada umat Kristiani. Keselamatan tersebut perlu terus menerus dinyatakan, dialami, dihayati dalam hidup kini dan di mana-mana tempat. Kekinian akan keselamatan yang belum sempurna itu terus menerus sedang dalam proses menjadi semakin sempurna dan menyeluruh dalam kehidupan umat Kristiani. Allah di dalam dan melalui karya Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat dunia, dengan Firman dan Roh Kudus-Nya terus berkarya dalam kekinian dan di sini untuk memproses keselamat kita menuju kepada kesempurnaan dan keutuhan yang kekal di hari-hari menjelang. Wujud kongkret dari keselamatan umat manusia adalah kehidupan yang penuh dengan kasih, kesetiaan, keadilan dan perdamaian di antara umat manusia. Itulah antara lain, makna dari penghayatan atas hari-hari raya adven bagi umat Kristiani.
TAFSIRAN SINGKAT
Mazmur 85 :2-8 adalah suatu penyataan iman pemazmur dalam bentuk ratapan. Ratapan tersebut bukan menunjuk pada keputusasaan pemazmur, tetapi sebaliknya menjadi nyata benar sikap pemazmur yang tetap memiliki iman kepada Tuhan Allah di dalam penderitaannya di negri asing (Babilonia) dan dalam setatus tertindas, dijajah bangsa lain. Inilah salah satu bentuk ratapan umat Israel yang sedang berada di pembuangan. Sedangkan Mazmur 85:9-14 adalah penyataan iman pemazmur dalam bentuk profetis (kenabian) yang mengharapakan sesuatu yang baik dari Tuhan terjadi kelak. Barangkali, mazmur 85 ini dinyanyikan di hadapan Tuhan pada masa pembuangan di abad VI SM, saat umat Tuhan tergoda untuk mempercayai bahwa Tuhan Allah telah meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
Ayat 2-3, menyatakan bahwa Tuhan Allah Israel pada zaman dahulu telah mengampuni dosa-dosa Israel dan telah memberikan kembali tanah dan harta benda bangsa Israel. Penyataan iman tersebut mengandung pengakuan dosa dari umat Israel dan sekaligus jawaban Allah atas penyesalan umat-Nya. Allah memberi pengampuan dan segera memulihkan keadaan umat Israel.
Ayat 4, adalah keyakinan iman pemazmur bahwa Allah benar-benar telah menyurutkan kegemasan-Nya dan telah meredakan murka-Nya. Ayat 5-8, dalam bentuk kalimat tanya dan permohonan, pemazmur menyatakan bahwa Allah pasti akan mengampuni lagi. Dan kemudian, Allah akan memperlihatkan karya penyelamatan kepada umat-Nya.
Ayat 9, adalah penyataan pemazmur bahwa pemazmur menanti-nantikan Firman Allah. Firman Allah, TUHAN (penguasa dan pemelihara umat-Nya) berbicara tentang damai bagi umat kepunyaan-Nya yang juga dikasihi-Nya. Allah akan memberikan damai-Nya kembali kepada umat-Nya agar umat-Nya tersebut tidak kembali kepada kebodohannya. Anak kalimat di akhir ayat 9 yaitu “kembali kepada kebodohannya” dalam beberapa teks lain (sumber-sumber tertulis) ditulis “menjadi putus asa” dan “menjadi tidak percaya kepada Allah”. Anugerah Allah kepada umat-Nya dalam wujud kedamaian membuat umat semakin mengandalkan hidupnya kepada Allah. Keyakinan akan pemulihan dari Allah oleh Pemazmur masih dinanti-nantikan kedatanggannya saat itu dan di situ.
Ayat 10, menyatakan bahwa Keselamatan umat Allah dan Kemuliaan Allah yang akan dinyatakan dalam hidup umat-Nya tidak datang secara otomatis. Hal itu (keselamatan dan kemuliaan) akan datang bilamana umat menjadi dan terus menerus takut akan TUHAN. Umat yang takut akan TUHAN adalah umat yang memiliki tekad yang kuat di dalam hatinya untuk bertaqwa (tunduk, bersandar, mengandalkan dan taat) kepada TUHAN. Umat akan bertaqwa bila hatinya telah berubah dari pemberontak menjadi penurut Allah. Walaupun mereka sudah hidup dalam takut akan Tuhan, bukanlah barti mereka sudah memiliki keselamatan yang utuh dan sempurna. Mereka baru “dekat” dengan keselamatan yang dari Tuhan. Arti keselamatan dari Tuhan itu dekat pada orang yang takut akan Tuhan adalah bahwa keselamatan itu belum secara utuh dan sempurna dialami oleh mereka yang takut akan Tuhan.
Ayat 11-14, menunjukan karya nyata Allah (keselamatan, kemuliaan dan kebaikan) di tengah-tengah umat-Nya yaitu terjadinya kasih, kesetiaan, keadilan dan damai-sejahtera di dalam kehidupan kongkret umat-Nya.
Kesimpulan: Umat Allah menjadi selamat dan mulia karena pengampunan Allah atas segala dosanya. Pengampunan diberikan Allah kepada umat-Nya karena umat menyadari kesalahan dan dosa-dosanya. Tanda penyesalan dosa adalah umat berubah dari memberontak menjadi taat kepada Tuhan Allahnya. Umat menjadi takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan. Pengampunan dosa dan penghapusan atas kesalahan umat oleh Tuhan Allah bukanlah keinginan atau kerinduan belaka tetapi benar-benar telah dialami oleh generasi-generasi dari umat Tuhan sebelumnya. Tanda-tanda keselamatan yang kongkret walau belum utuh dan sempurna adalah umat mewujudkan kehidupan yang kongkret dengan menjalankan kasih, kesetiaan, keadilan dan perdamaian. Allah itu baik dan memberikan yang baik bagi umat kepunyaan-Nya.
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
Mulailah dengan menyebutkan tema khotbah pada minggu adven ke 2 ini yaitu: Keselamatan Dekat pada Orang-Orang yang Takut pada Tuhan. Ini berarti bahwa keselamatan dari Tuhan itu tidak secara otomatis dialami, dirasakan oleh semua orang. Hanya orang-orang yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan sajalah yang akan sungguh-sungguh mengalami dan memiliki kehidupan yang diselamatkan oleh Tuhan. Apa itu, keselamatan yang dari Tuhan bagi umat-Nya? Dan bagaimana konkretnya, hidup yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan? Mengapa mereka yang takut akan Tuhan “hanya” disebut dengan istilah “dekat” dengan keselamatan yang dari Tuhan?
Orang yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan adalah orang-orang yang didalam hatinya ada pengakuan bahwa Tuhan telah mengampuni umat-Nya dengan melupakan dan menghapus dosa-dosa dan kesalahan umat-Nya. Tuhan telah berhenti marah dan murka. (Baca Mazmur bab 85 ayat 2,3 dan 4 juga) Kemudian orang-orang yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan itu memohon pemulihan dari Tuhan kerena Tuhan juga sama dengan dahulu kala akan berhenti murka dan tidak sakit hati lagi terhadap umat-Nya yang berdosa. (Bacalah Mazmur bab 85 ayat 5-8). Jadi ada ungkapan iman akan kejadian-kejadian di masa lalu tentang kasih dan kemurahan serta kuasa Tuhan yang telah dinyatakan kepada umat-Nya, dan kemudian pada masa kini dan si sini, Tuhan pasti tidak berubah. Tuhan saat ini juga akan memulihkan umat-Nya.
Selanjutnya, orang-orang yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan akan berhenti meratap. Mereka mau membuka mata dan telinga untuk mendengarkan Firman Tuhan. Sikap pemazmur ini sungguh menegur kita yang sering banyak mengeluh kepada Tuhan tetapi tidak bersedia mendengarkan Firman Tuhan. Apa isi Firman Tuhan yang didengar oleh pemazmur dalam situasi dan kondisi susah dan menderita di tanah pembungan saat itu? Tuhan bersabda tentang “syaloom”, damai-sejahtera. Tuhan hendak berbicara tentang damai. Umat butuh “syaloom” dari Tuhan agar umat tidak kembali menjadi bodoh, putus asa dan tidak percaya kepada Tuhan.
Di dalam syaloom ada situasi selamat (tidak binasa) dan juga kebaikan-kebaikan dan kemuliaan di antara umat milik Tuhan. Dan situasi syaloom itulah yang mendorong umat berlaku berdasarkan kasih, kesetiaan, adil, benar dan berdamai dengan semua orang. Semua yang baik tersebut belumlah utuh dan sempurna adanya. Itu baru “dekat” dalam hidup umat yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan. Mereka perlu terus menerus berjuang dalam ketaatan kepada Tuhan menuju keselamatan yang utuh dan sempurna. Dalam situasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara amat sangat dibutuhkan kehidupan yang berlandaskan dan diarahkan pada terwujudnya syaloom yaitu sistem dan suasana hidup yang penuh kasih, kesetiaan, kedilan, kebenaran dan damai. Mampukah orang-orang kristen menjadi contoh dan teladan kehidupan yang benar di tengah angkatan yang tidak benar? Mampukah umat kristiani menjadi contoh dan teladan hidup yang adil ditengah-tengah hidup yang tidak adil? Mampukah kita menjadi pembawa damai di tengah-tengah masyarakat yang cenderung bertengkar dan tidak mau berdamai dengan sesamanya? Di dalam dan melalui Roh Kudus dan Firman Tuihan yang telah menjadi daging, umat pasti mampu dan terus menerus dimampukan oleh Tuhan?
Khotbah bisa diakhiri dengan cerita dari Anthony de Mello demikian. Seorang murid bertanya kepada gurunya setelah sang guru memberi nasihat yang panjang, lebar, dalam dan kompleks tentang kehidupan ini: “Mengapa cerita Guru berbelit-belit dan sukar dimengerti, kiranya cerita Guru disederhanakan saja”. Sang Guru menjawab: “maukah murid kuberi mangga yang manis dan enak setelah kukunyahkan? Murid mengerti: “baik guru, aku akan memetik, mengupas buah mangga dan memakannya sendiri”. Cerita tersebut menyatakan bahwa mendengarkan dan mengerti firman Tuhan itu belum cukup. Pendengar Firman harus juga menjadi pelaksana Firman Tuhan.
Cobalah dan alamilah kuasa Tuhan dalam hidup yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan.
amin
BalasHapusMengenal Tuhan tidak cukup dengan percaya saja tetapi ikut serta menjadi pelaku firman yang menghasilkan buahnya pada musimnya bukti konkrit dari pengenalan kasih Tuhan Yesus Kristus dalam hidup orang percaya.g
BalasHapusHow to get to Flutter via Bus or Train from Capital One Arena at
BalasHapusDirections to Flutter Casino Casino (1130 Flamingo Road) 동두천 출장마사지 with public transportation. 인천광역 출장샵 The following transit lines have 세종특별자치 출장안마 routes that 논산 출장마사지 pass near 온라인 바카라