Selasa, 13 Juli 2010

Taranis Pesawat Tempur Masa Depan

Pilot kerap dianggap titik terlemah dalam sebuah pesawat tempur, sehingga pesawat tempur tanpa awak terus dikembangkan

Departemen Pertahanan Inggris memamerkan prototipe Taranis, pesawat tempur tanpa awak terbaru, setelah dirancang selama tiga juta jam kerja.

Taranis yang diambil dari nama nama Dewa Petir Celtic adalah sebuah konsep yang dirancang sebagai pesawat temput berdaya jelajah jauh.

Menteri Pertahanan Inggris Gerlad Howarth mengatakan pesawat seharga £142 juta atau sekitar Rp 1,9 triliun per unit ini merupakan desain dan teknologi terbaik Inggris.

Menurut jadwal, Taranis akan melakukan uji terbang pada awal tahun 2011.

Taranis adalah langkah awal pengembangan pesawat tempur tanpa awak yang mampu menyerang jauh ke dalam jantung pertahanan lawan.

Manusia masih diperlukan

Taranis, pesawat tempur tanpa awak yang dikembangkan Inggris

Isu soal menghilangkan peran pilot dari sebuah pesawat terbang telah menjadi isu kontroversial sejak lama. Kontroversi ini semakin hangat setelah pesawat tanpa awak pertama mulai digunakan secara aktif.

Secara umum diakui bahwa titik paling rentan dalam sebuah pesawat tempur adalah sang pilot. Sementara sebuah pesawat tempur dirancang mampu menahan tekanan gravitasi paling besar, maka daya tahan pilot paling maksimal dengan menggunakan pakaian pelindung daya gravitasi hanya G-8 hingga G-9. Di atas angka itu maka mereka akan kehilangan kesadaran.

Selain itu, misil anti pesawat terbang memang dirancang untuk meledak di dekat kokpit yang menghasilkan pecahan logam dengan kecepatan tinggi yang bisa mengakibatkan luka bahkan kematian bagi sang pilot.

Editor Majalah Pertahanan Mingguan Jane's Defence Weekly, Peter Felstead, kepada BBC News mengatakan pengembangan pesawat tempur tanpa awak sudah dilakukan sejak pesawat tempur digunakan pertama kali dalam Perang Dunia I.

"Awalnya pesawat tanpa awak ini digunakan untuk misi pengintaian. Kemudian pesawat-pesawat ini dilengkapi persenjataan untuk menjatuhkan bom dan menyerang sasaran di darat sekaligus menjadi alat pertempuran udara," papar Felstead.

Namun, Felstead menekankan keberadaan pilot tetap diperlukan terutama dalam pertempuran udara dan kasus-kasus tertentu.

"Misalnya sebuah pesawat terbang dibajak, tetap dibutuhkan penilaian manusia untuk mengevaluasi apa yang terjadi di dalam pesawat yang dibajak itu, apa yang bisa dilihat melalui jendela dan lain-lain. Semuanya itu, hingga saat ini tidak bisa dilakukan melalui kendali jarak jauh," tandas Felstead.

Departemen Pertahanan Inggris juga memastikan bahwa semua pesawat tempur tanpa awak ini selalu di bawah kendali manusia.

"Jika pesawat-pesawat ini sudah beroperasi, maka semuanya akan berada di bawah pengawasan para anggota militer terlatih di darat," kata sebuah pernyatan resmi Departemen Pertahanan Inggris.

Sebenarnya pesawat tempur tanpa awak seperti ini sudah pernah digunakan seperti MQ-1 Predator yang dipersenjatai misil Hellfire. Namun, kelemahan pesawat MQ-1 adalah hanya bisa digunakan ketika wilayah udara sudah berhasil dikuasai.

Kelebihan Taranis adalah pesawat ini nyaris tak terdeteksi radar, dirancang untuk melaju dalam kecepatan jet serta mampu menjelajahi jarak yang cukup jauh.

Pesawat ini juga dirancang untuk mengumpulkan data intelijen, melakukan pengawasan dan pengintaian di wilayah musuh dengan menggunakan sensor yang ada di dalamnya.

Taranis juga dirancang mampu membawa persenjataan termasuk bom dan misil. Sehingga pesawat ini memiliki daya serang yang sangat mumpuni. Hebatnya lagi, Taranis bisa dikendalikan dari manapun dengan menggunakan komunikasi satelit.


Dikutip: BBC News Indonesia

Senin, 12 Juli 2010

KESELAMATAN DEKAT PADA ORANG YANG TAKUT AKAN TUHAN

Minggu Adven ke 2 : 04 Desember 2005.

Hengky Christian, M.Th.

Anggota jemaat GKI Pajajaran Magelang

Bacaan : Mazmur 85 : 2-3; (4-8); 9-14

Nats : Mazmur 85 : 10-11

Tujuan : Anggota Jemaat semakin yakin bahwa keselamatan dari Tuhan dekat pada orang-

orang yang takut akan Dia.

DASAR PEMIKIRAN

Ketika umat manusia mengalami pelbagai masalah yang berat dan amat menderita, ditindas tak berdaya, miskin dan direndahkan maka mereka akan bertanya-tanya di dalam hatinya: “apakah Tuhan Allah masih dekat di dalam hidupnya, jangan-jangan Tuhan Allah, Sang Pencipta dan Pemelihara ciptaa-Nya telah menjauh dari kami?” Karena pelbagai kesalahan, kejahatan dan dosa maka umat manusia menderita di dunia ini. Termasuk di dalamnya umat Kristiani, karena kesalahan dan kejahatannya mengalami pelbagai kesusahan dan penderitaan. Dalam situasi dan kondisi sedemikian itu, layaklah mereka meratap dan berteriak kepada Tuhan Allah: “Kasihanilah kami, para pendosa! Hapuskanlah keselahan dan dosa-dosa kami. Berilah pengampunan pada kami dan jangan binasakan kami; Sebaliknya, selamatkanlah kami; ya Tuhan, Penyelamat kami”

Pada masa raya Adven ke dua ini, adalah baik bagi umat Kristiani untuk berseru dan meratap dengan ucapan yang serius: “Hosana, Hosana, Hosana” artinya: Tuhan Tolong Selamatkanlah Kami, Tuhan Tolong Selamatkanlah Kami, Tuhan Tolong Selamatkanlah Kami. Apakah dengan ratapan dan seruan tersebut, umat Kristiani masih belum diselamatkan oleh anugerah Tuhan Yesus Kristus yang menderita, mati dan dibangkitkan dari antara oraqng mati? Jelas bukan. Lalu, apa makna seruan tersebut di masa raya adven ini? Ya, tidak lain dan tidak bukan, supaya umat Kristiani tidak “sembrono” atas kasih karunia Allah yang menyelamatkannya di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus. Keselamatan yang sudah, sedang dan akan disempurnakan kelak, adalah pemberian Allah secara gratis dan cuma-cuma kepada umat Kristiani. Keselamatan tersebut perlu terus menerus dinyatakan, dialami, dihayati dalam hidup kini dan di mana-mana tempat. Kekinian akan keselamatan yang belum sempurna itu terus menerus sedang dalam proses menjadi semakin sempurna dan menyeluruh dalam kehidupan umat Kristiani. Allah di dalam dan melalui karya Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat dunia, dengan Firman dan Roh Kudus-Nya terus berkarya dalam kekinian dan di sini untuk memproses keselamat kita menuju kepada kesempurnaan dan keutuhan yang kekal di hari-hari menjelang. Wujud kongkret dari keselamatan umat manusia adalah kehidupan yang penuh dengan kasih, kesetiaan, keadilan dan perdamaian di antara umat manusia. Itulah antara lain, makna dari penghayatan atas hari-hari raya adven bagi umat Kristiani.

TAFSIRAN SINGKAT

Mazmur 85 :2-8 adalah suatu penyataan iman pemazmur dalam bentuk ratapan. Ratapan tersebut bukan menunjuk pada keputusasaan pemazmur, tetapi sebaliknya menjadi nyata benar sikap pemazmur yang tetap memiliki iman kepada Tuhan Allah di dalam penderitaannya di negri asing (Babilonia) dan dalam setatus tertindas, dijajah bangsa lain. Inilah salah satu bentuk ratapan umat Israel yang sedang berada di pembuangan. Sedangkan Mazmur 85:9-14 adalah penyataan iman pemazmur dalam bentuk profetis (kenabian) yang mengharapakan sesuatu yang baik dari Tuhan terjadi kelak. Barangkali, mazmur 85 ini dinyanyikan di hadapan Tuhan pada masa pembuangan di abad VI SM, saat umat Tuhan tergoda untuk mempercayai bahwa Tuhan Allah telah meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.

Ayat 2-3, menyatakan bahwa Tuhan Allah Israel pada zaman dahulu telah mengampuni dosa-dosa Israel dan telah memberikan kembali tanah dan harta benda bangsa Israel. Penyataan iman tersebut mengandung pengakuan dosa dari umat Israel dan sekaligus jawaban Allah atas penyesalan umat-Nya. Allah memberi pengampuan dan segera memulihkan keadaan umat Israel.

Ayat 4, adalah keyakinan iman pemazmur bahwa Allah benar-benar telah menyurutkan kegemasan-Nya dan telah meredakan murka-Nya. Ayat 5-8, dalam bentuk kalimat tanya dan permohonan, pemazmur menyatakan bahwa Allah pasti akan mengampuni lagi. Dan kemudian, Allah akan memperlihatkan karya penyelamatan kepada umat-Nya.

Ayat 9, adalah penyataan pemazmur bahwa pemazmur menanti-nantikan Firman Allah. Firman Allah, TUHAN (penguasa dan pemelihara umat-Nya) berbicara tentang damai bagi umat kepunyaan-Nya yang juga dikasihi-Nya. Allah akan memberikan damai-Nya kembali kepada umat-Nya agar umat-Nya tersebut tidak kembali kepada kebodohannya. Anak kalimat di akhir ayat 9 yaitu “kembali kepada kebodohannya” dalam beberapa teks lain (sumber-sumber tertulis) ditulis “menjadi putus asa” dan “menjadi tidak percaya kepada Allah”. Anugerah Allah kepada umat-Nya dalam wujud kedamaian membuat umat semakin mengandalkan hidupnya kepada Allah. Keyakinan akan pemulihan dari Allah oleh Pemazmur masih dinanti-nantikan kedatanggannya saat itu dan di situ.

Ayat 10, menyatakan bahwa Keselamatan umat Allah dan Kemuliaan Allah yang akan dinyatakan dalam hidup umat-Nya tidak datang secara otomatis. Hal itu (keselamatan dan kemuliaan) akan datang bilamana umat menjadi dan terus menerus takut akan TUHAN. Umat yang takut akan TUHAN adalah umat yang memiliki tekad yang kuat di dalam hatinya untuk bertaqwa (tunduk, bersandar, mengandalkan dan taat) kepada TUHAN. Umat akan bertaqwa bila hatinya telah berubah dari pemberontak menjadi penurut Allah. Walaupun mereka sudah hidup dalam takut akan Tuhan, bukanlah barti mereka sudah memiliki keselamatan yang utuh dan sempurna. Mereka baru “dekat” dengan keselamatan yang dari Tuhan. Arti keselamatan dari Tuhan itu dekat pada orang yang takut akan Tuhan adalah bahwa keselamatan itu belum secara utuh dan sempurna dialami oleh mereka yang takut akan Tuhan.

Ayat 11-14, menunjukan karya nyata Allah (keselamatan, kemuliaan dan kebaikan) di tengah-tengah umat-Nya yaitu terjadinya kasih, kesetiaan, keadilan dan damai-sejahtera di dalam kehidupan kongkret umat-Nya.

Kesimpulan: Umat Allah menjadi selamat dan mulia karena pengampunan Allah atas segala dosanya. Pengampunan diberikan Allah kepada umat-Nya karena umat menyadari kesalahan dan dosa-dosanya. Tanda penyesalan dosa adalah umat berubah dari memberontak menjadi taat kepada Tuhan Allahnya. Umat menjadi takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan. Pengampunan dosa dan penghapusan atas kesalahan umat oleh Tuhan Allah bukanlah keinginan atau kerinduan belaka tetapi benar-benar telah dialami oleh generasi-generasi dari umat Tuhan sebelumnya. Tanda-tanda keselamatan yang kongkret walau belum utuh dan sempurna adalah umat mewujudkan kehidupan yang kongkret dengan menjalankan kasih, kesetiaan, keadilan dan perdamaian. Allah itu baik dan memberikan yang baik bagi umat kepunyaan-Nya.

SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH

Mulailah dengan menyebutkan tema khotbah pada minggu adven ke 2 ini yaitu: Keselamatan Dekat pada Orang-Orang yang Takut pada Tuhan. Ini berarti bahwa keselamatan dari Tuhan itu tidak secara otomatis dialami, dirasakan oleh semua orang. Hanya orang-orang yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan sajalah yang akan sungguh-sungguh mengalami dan memiliki kehidupan yang diselamatkan oleh Tuhan. Apa itu, keselamatan yang dari Tuhan bagi umat-Nya? Dan bagaimana konkretnya, hidup yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan? Mengapa mereka yang takut akan Tuhan “hanya” disebut dengan istilah “dekat” dengan keselamatan yang dari Tuhan?

Orang yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan adalah orang-orang yang didalam hatinya ada pengakuan bahwa Tuhan telah mengampuni umat-Nya dengan melupakan dan menghapus dosa-dosa dan kesalahan umat-Nya. Tuhan telah berhenti marah dan murka. (Baca Mazmur bab 85 ayat 2,3 dan 4 juga) Kemudian orang-orang yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan itu memohon pemulihan dari Tuhan kerena Tuhan juga sama dengan dahulu kala akan berhenti murka dan tidak sakit hati lagi terhadap umat-Nya yang berdosa. (Bacalah Mazmur bab 85 ayat 5-8). Jadi ada ungkapan iman akan kejadian-kejadian di masa lalu tentang kasih dan kemurahan serta kuasa Tuhan yang telah dinyatakan kepada umat-Nya, dan kemudian pada masa kini dan si sini, Tuhan pasti tidak berubah. Tuhan saat ini juga akan memulihkan umat-Nya.

Selanjutnya, orang-orang yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan akan berhenti meratap. Mereka mau membuka mata dan telinga untuk mendengarkan Firman Tuhan. Sikap pemazmur ini sungguh menegur kita yang sering banyak mengeluh kepada Tuhan tetapi tidak bersedia mendengarkan Firman Tuhan. Apa isi Firman Tuhan yang didengar oleh pemazmur dalam situasi dan kondisi susah dan menderita di tanah pembungan saat itu? Tuhan bersabda tentang “syaloom”, damai-sejahtera. Tuhan hendak berbicara tentang damai. Umat butuh “syaloom” dari Tuhan agar umat tidak kembali menjadi bodoh, putus asa dan tidak percaya kepada Tuhan.

Di dalam syaloom ada situasi selamat (tidak binasa) dan juga kebaikan-kebaikan dan kemuliaan di antara umat milik Tuhan. Dan situasi syaloom itulah yang mendorong umat berlaku berdasarkan kasih, kesetiaan, adil, benar dan berdamai dengan semua orang. Semua yang baik tersebut belumlah utuh dan sempurna adanya. Itu baru “dekat” dalam hidup umat yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan. Mereka perlu terus menerus berjuang dalam ketaatan kepada Tuhan menuju keselamatan yang utuh dan sempurna. Dalam situasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara amat sangat dibutuhkan kehidupan yang berlandaskan dan diarahkan pada terwujudnya syaloom yaitu sistem dan suasana hidup yang penuh kasih, kesetiaan, kedilan, kebenaran dan damai. Mampukah orang-orang kristen menjadi contoh dan teladan kehidupan yang benar di tengah angkatan yang tidak benar? Mampukah umat kristiani menjadi contoh dan teladan hidup yang adil ditengah-tengah hidup yang tidak adil? Mampukah kita menjadi pembawa damai di tengah-tengah masyarakat yang cenderung bertengkar dan tidak mau berdamai dengan sesamanya? Di dalam dan melalui Roh Kudus dan Firman Tuihan yang telah menjadi daging, umat pasti mampu dan terus menerus dimampukan oleh Tuhan?

Khotbah bisa diakhiri dengan cerita dari Anthony de Mello demikian. Seorang murid bertanya kepada gurunya setelah sang guru memberi nasihat yang panjang, lebar, dalam dan kompleks tentang kehidupan ini: “Mengapa cerita Guru berbelit-belit dan sukar dimengerti, kiranya cerita Guru disederhanakan saja”. Sang Guru menjawab: “maukah murid kuberi mangga yang manis dan enak setelah kukunyahkan? Murid mengerti: “baik guru, aku akan memetik, mengupas buah mangga dan memakannya sendiri”. Cerita tersebut menyatakan bahwa mendengarkan dan mengerti firman Tuhan itu belum cukup. Pendengar Firman harus juga menjadi pelaksana Firman Tuhan.

Cobalah dan alamilah kuasa Tuhan dalam hidup yang takut akan dan bertaqwa kepada Tuhan.

Jepang dan Ikan Ramah Lingkungan

Satu miliar orang tergantung pada konsumsi ikan, sementara 200 juta orang menggantungkan diri pada pekerjaan menangkap ikan.

Namun lautan di dunia kini mendapat tekanan besar dan banyak pihak khawatir pasok ikan akan habis.

Peristiwa yang terjadi di tempat penangkapan ikan Grand Banks, di lepas pantai timur Kanada, menjadi contoh muramnya dunia perikanan.

Seelama berabad-abad puluhan ton ikan cod diambil setiap tahun dari lokasi tersebut.

Tetapi di awal tahun 1990an, populasi salah satu ikan yang paling banyak di dunia ini berkurang tajam, sehingga diterapkan moratorium penangkapan ikan ini.

"Empat puluh ribu nelayan kehilangan sumber mata pencaharian," ujar Rupert Howes, kepala Dewan Pengawas Kelautan, MSC. "Ini merupakan peringatan."

Dalam lima puluh tahun terakhir, jumlah ikan yang ditangkap di seluruh dunia meningkat lima kali lipat. Manusia dulu berpikir lautan tidak memiliki batas; sekarang kita semua tahu anggapan itu tidak benar.

MSC didirikan 10 tahun lalu untuk membantu mengubah sektor penangkapan ikan. Satu kemitraan antara dunia usaha, ilmuwan dan pegiat lingkungan yang memberi sertifikat pada makanan laut yang ditangkap dengan cara berkelanjutan.

Saat ini, 10 persen makanan laut mendapat sertifikat itu dari MSC. Kini badan tersebut bergerak masuk ke salah satu pasar terbesar dan paling sulit: Jepang.

Kekuatan pasar

Meski penduduk Jepang hanya 2% dari populasi dunia, masyarakat negara ini mengkonsumsi 10% produk ikan dunia. Mengkonsumsi ikan merupakan satu obsesi nasional di sana.

IKAN RAMAH LINGKUNGAN

  • Produk laut bersertifikat ramah lingkungan dari MSC: 63
  • Sertifikat MSC atau sedang dalam proses: 10% produk laut
  • Produk bersertifikat MSC ada di 41 netara
  • Lambang MSC diletakkan di 2.500 produk

Di pasar Tsukiji, Tokyo -pasar ikan terbesar di dunia- lebih dari 400 jenis makanan laut, mulai dari belut hingga ikan tuna seberat 200 kilo, diperdagangkan.

Sebelum Perang Dunia II, sebagian besar ikan di Jepang berasal dari perairan setempat. Namun kini, karena pasok berkurang, 40% ikan di negara itu diimpor.

Jika pasar ini ingin bertahan lama, seluruh ikan yang diperdagangkan harus mempergunakan metode penangkapan berkelanjutan.

Dan hal itu tidak akan terjadi kecuali para konsumen mengerti pentingnya ikan bersertifikat MSC.

Namun hanya sedikit warga Jepang yang tahu mengenai MSC.

"Apakah itu untuk melindungi ikan paus?" tanya seorang wanita.

"Saya hanya pernah mendengar namanya," ujar seorang warga lain. "Saya tidak tahu tugasnya."

Tradisi lebih penting

Jalan keluarnya bisa tergantung pada satu pelabuhan kecil bernama Yaizu. Di sini, sejumlah nelayan masih mempergunakan metode kail dan benang untuk menangkap ikan tuna, bukan mempergunakan jala.

Agar di masa depan kita akan memiliki pasok makanan laut yang luar biasa agar generasi yang akan datang bisa menikmatinya

Rupert Howes, MSC

Metode ini lebih bagus karena ikan kecil yang masih muda yang belum melakukan reproduksi bisa dibuang kembali ke dalam laut.

Namun tidak lebih dari 30% ikan di Yaizu ditangkap dengan cara itu.

Hiroyuki Myojin, presiden pabrik pemroses ikan setempat, bertekad mengubahnya.

Ambisinya adalah membuat perusahaanya mendapat sertifikat MSC, bukan hanya untuk memastikan masa depan perusahaan itu tetapi juga sebagai alat pemasaran.

Dia hanya membeli ikan yang ditangkap dengan kail dan benang. Tetapi untuk mendapat sertifikat bukan hal mudah. Untuk bisa sukses, bukan hanya ikannya yang mendapat sertifikat tetapi seluruh rantai pasoknya.

Setiap tingkat diperiksa, dari nelayan hingga proses di pabrik, distributor sampai ke penjual eceran, baik berupa pasar swalayan atau restoran.

Dan proses ini akan memakan waktu berbulan-bulan.

"Kalau diberi pilihan," ujarnya, "99% konsumen Jepang akan memilih ikan tuna yang ditangkap dengan kail dan benang. Sayangnya, logo MSC yang memastikan bahwa ikan mengikuti metode penangkapan berkelanjutan tidak diketahui secara luas oleh konsumen Jepan."

Dan ini masalahnya. Tanpa kesadaran konsumen, tidak ada insentif bagi nelayan untuk meluangkan waktu atau melakukan investasi agar bisa mendapat sertifikat MSC.

Meningkatkan pengenalan

Untuk mengatasi hal itu, MSC kini membentuk aliansi dengan pedagang eceran besar untuk memasarkan keuntungan mengkonsumsi ikan yang ditangkap dengan metode berkelanjutan.

PERDAGANGAN IKAN

  • Antara 90 dan 93 juta ton ikan ditangkap per tahun
  • Nilai ekspor perdagangan ikan dunia tahun 2003: US$63 miliar
  • Seperempat pasok ikan dunia ditangkap berlebihan, berkurang atau dalam proses perbaikan

Dalam satu pameran lingkungan di Tokyo, Rupert Howes dari MSC dengan bangga memperlihatkan hasil perencanaan selama berbulan-bulan itu.

Aeon, jaringan pasar swalayan terbesar di Jepang dengan 1.200 toko, menyediakan sepertiga dari ruang pamerannya untuk memajang sertifikat yang diperoleh dari MSC.

"Di Jepang, kami melihat pertumbuhan pesat dalam produk yang mendapat label MSC dari tidak ada tiga tahun lalu menjadi 160 produk saat ini," ujar Rupert.

"Aeon memiliki 20 produk dengan sertifikat itu."

Saat ini 8% konsumen Jepang mengenal lambang MSC. Untuk meningkatkan jumlah itu MSC telah membuat beberapa perubahan.

Logo baru itu kini memuat simbol ikan yang berarti "Makanan laut berkelanjutan dan bersertifikat".

Dan kalimat ini diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang di setiap pasar yang menjualnya.

Impian terwujud

Setelah enam bulan, di Yaizu, Hiroyuki Myojin pun mendapatkan impiannya. Pabriknya baru saja mendapat sertifikat MS

Myojin sendiri mengaku langkah itu tidak hanya baik untuk ikan, tetapi sangat baik pengaruhnya pada bisnis.

"Tiga puluh perusahaan luar negeri menghubungi kami," ujarnya. "Jadi saat ini kami sedang mempelajari untuk berbisnis dengan mereka."

Selama beratus-ratus tahun ikan merupakan faktor dasar bagi kehidupan di Jepang.

Myojin mengundang Rupert Howes untuk menemaninya ke Kuil Shinto berusia 2 ribu tahun. Kuil ini dibangun untuk pertanian dan perikanan dan menjadi tempat bagi warga untuk berdoa agar mendapatkan hasil panen luar biasa dan tangkapan besar dan juga keselamatan para nelayan.

Rupert pun berdoa. "Doa saya adalah untuk lautan dunia," ujarnya, "dan harapan bahwa satu hari nanti MSC bisa mewujudkan misinya.

"Dan agar di masa depan kita akan memiliki pasok makanan laut yang luar biasa agar generasi yang akan datang bisa menikmatinya."


Dikutip: BBC News Indonesia

Jepang Menang Soal Ikan Paus

Jepang dan negara lain pendukung perburuan ikan paus komersial mendapatkan kemenangan pertama mereka dalam dua dasawarsa belakangan ini.

Dalam pertemuan tahunan Komisi Perburuan Ikan Paus Internasional, para utusan meloloskan sebuah resolusi yang menyerukan dihidupkannya kembali perburuan paus internasional, yang sebelumnya dilarang dibawah sebuah kesepatan untuk melindunginya dari kemusnahan

Mosi itu diloloskan melalui mayoritas satu suara saja.

Brasil dan Selandia Baru dengan segera menyatakan akan menentangnya.

Jepang menyebutnya sebagai hari bersejarah, tetapi untuk membatalkan larangan itu, mereka memerlukan dukungan sedikitnya tiga per empat suara Komisi.

Namun demikian wartawan lingkungan BBC menyebut bahwa perburuan komersial ikan paus semakin mendekati kenyataan.

Sementara itu kelompok pegiat lingkungan menanggapi berita ini dengan kecewa.

Dana Internasional bagi Kesejahteraan Binatang mengatakan negara-negara yang anti perburuan ikan paus harus bekerja lebih keras lagi.

"Ini merupakan peringatan bagi negara-negara yang mengatakan mereka prihatin dengan kehidupan ikan paus, dan mereka ingin melindungi hewan langka tersebut," kata juru bicara Dana Internasional, Joth Singh.

"Ini merupakan kekalahan paling serius bagi masalah lingkungan yang pernah diderita dalam pertemuan ICW," kata Menteri Lingkungan Selandia Baru Chris Carter kepada kantor berita AFP.

"Ini merupakan kemenangan diplomatik yang penting bagi Jepang," kata Carter lagi.

Tokyo mengatakan jumlah ikan paus sudah bertambah begitu banyaknya sehingga perburuan jenis tertentu bisa dilakukan lagi.

Namun Wakil Komisioner Ikan Paus Jepang Joji Morishita mengatakan perburuan ikan paus di masa depan harus lebih kecil jumlahnya dibandingkan di masa lalu.

"Kita tidak bisa lagi kembali ke perburuan komersial seperti dulu. Kita harus mulai
dengan perburuan yang bisa berkelanjutan, dan juga melindungi spesies yang terancam punah," kata Morishita.

Jepang Mulai Berburu Paus

Sebuah armada Jepang telah bertolak menuju ke Lautan Pasifik Selatan guna memburu ikan paus, termasuk jenis humpback.



Ikan paus jenis humpback ini sudah dilindungi oleh perjanjian internasional sejak tahun 1960-an tetapi Jepang mengatakan populasi ikan tersebut sudah stabil dan mereka hanya akan membunuh sekitar 50 ekor saja.

Secara keseluruhan, armada Jepang ini akan memburu sekitar seribu ikan paus.

Perburuan ikan paus secara komersial di tahun 1986, namun Jepang mendapatkan ijin melakukan perburuan untuk tujuan riset.

Empat kapal, termasuk kapal induk Nisshin Maru mulai berlayar dari pelabuhan
Shimonoseki hari Minggu.

Misi yang beranggotakan 239 orang tersebut akan memburu 900 ikan paus minke, fin, dan humpback, di Lautan Pasifik Selatan dalam musim perburuan yang berlangsung sampai bulan April.

Nisshin Maru yang berbobot mati 8000 ton ini lumpuh oleh kebakaran dalam misi perburuan ke Kutub Selatan bulan Maret lalu.

Satu orang awaknya tewas.

Kapal dari kelompok lingkungan Greenpeace akan mengikuti kapal Jepang tersebut.

Binatang sensitif

Rencana Tokyo untuk memburu ikan paus jenis humpback ini - yang hampir musnah ketika diburu 40 tahun - mendapatkan kecaman dari pegiat lingkungan.

"Humpback sangat sensitif dan hidup dalam kawanan sehingga kematian satu ekor saja bisa berdampak sangat buruk," kata juru bicara Junichi Sato.

Para pejabat perikanan Jepang mengatakan populasi humpback dan fin sekarang sudah kembali ke level yang aman untuk diburu.

"Ikan paus Humpback dalam penelitian kami sudah kembali ke populasi semula," kata juru bicara Departemen Perikanan Jepang Hideki Moronuki.

"Membunuh 50 ikan paus humpback dari populasi sekitar belasan ribu tidak akan berpengaruh sama sekali." katanya lagi.

Moronuki mengatakan dari ikan paus yang dibunuh ini para ilmuwan akan bisa mempelajari organ internal mereka.

Daging dari ikan paus ini setelah diteliti akan dijual secara komersial tapi para pejabat Jepang membantah kalau misi mereka adalah mencari keuntungan.


Dikutip: BBC Indonesia